Kaum lelaki harus lebih waspada terhadap penyakit paru-paru, khususnya tuberkulosis atau TB paru. Berdasarkan data statistik dan hasil penelitian, mereka yang berjenis kelamin pria ternyata rentan terhadap penyakit ini. Hal itu dibuktikan dengan persentase penderita TB yang didominasi oleh laki-laki. Dari data Departemen Kesehatan, tahun 2005 pria yang menderita TB paru berjumlah 93.114 orang—hampir 60 persen penderita TB paru di seluruh
Menurut sebuah studi yang dilakukan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin, Makassar, di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Kassi-Kassi, Kota Makassar, tahun 2003 ditemukan, pada responden laki-laki hampir 42 persen menderita TB, sedangkan perempuan hanya 15 persen yang terkena. Hasil penelitian tersebut juga menyatakan, terdapat hubungan antara jenis kelamin dan kejadian TB paru. Artinya, jenis kelamin cukup berperan dalam menentukan apakah seseorang lebih rentan terkena TB atau tidak. Jumlah penderita pria yang lebih banyak diduga disebabkan mobilitas dan aktivitasnya yang lebih tinggi daripada perempuan.Dengan faktor tersebut, pria diyakini lebih mudah terpapar bakteri penyebab penyakit TB.
Rentannya laki-laki terhadap paparan bakteri tuberkulosis ini bukan hanya terjadi di
Faktor risiko
Beberapa hal yang dapat menjadi faktor risiko pada penyakit tuberkulosis di antaranya adalah orang yang terinfeksi virus HIV, memiliki status sosial ekonomi tergolong rendah, alkoholik, tunawisma, kondisi tempat tinggal yang buruk, pekerja medis, dan lain-lain. Di Indonesia, penyakit TB termasuk pembunuh utama penduduk, selain penyakit jantung dan saluran pernapasan.
WHO memperkirakan, pada tahun 2005 angka terbesar kasus baru penyakit TB muncul di wilayah Asia Tenggara, yang mencapai sekitar 34 persen dari total kasus TB seluruh dunia.
Rendahnya kekebalan alami tubuh akibat virus ini mengakibatkan mudahnya penderita HIV terjangkiti kuman Mycobacterium tuberculosis penyebab penyakit TB dan sebaliknya, misalnya, China dalam sistem pengawasan nasional belum memiliki sistem untuk mencegah pasien TB terjangkit virus HIV—berlaku di hampir seluruh negara, khususnya Asia.
Selain risiko penyakit TB dari virus HIV,
TB di Indonesia
Sebagai negara terbesar ketiga di dunia dalam jumlah pengidap TB,
Khusus untuk penemuan kasus baru TB paru BTA positif pada laki-laki, jumlah tiga terbesar adalah mereka yang berasal dari Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Jika rata-rata penemuan kasus baru di provinsi lain berkisar di angka 300 hingga 5.000-an kasus, di tiga wilayah itu bisa ditemukan 9.000-15.000 kasus baru TB paru khusus penderita laki-laki.
Tentang berbagai penyebab yang diasumsikan sulit dibuktikan karena keterbatasan data sekunder yang dapat digunakan. Dengan memanfaatkan data publikasi Departemen Kesehatan, pengujian terhadap kasus-kasus TB hanya dapat menggunakan
Berdasarkan uji statistik menggunakan model analisis regresi linier berganda dihasilkan kesimpulan bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap jumlah kasus baru penderita TB laki-laki adalah jumlah puskesmas. Selain jumlah puskesmas, variabel lain yang diujikan adalah IPM, jumlah penderita AIDS, jumlah pekerja medis, dan jumlah peserta JPK. Variabel jumlah puskesmas terbukti signifikan untuk memperkirakan jumlah kasus baru TB paru laki-laki.
Artikel terkait:
No comments:
Post a Comment